GARAM DUMAKRON BAHAN SEMAI HIGROKOPIS PALING EFEKTIF.

Inti dari teknologi modifikasi cuaca (TMC) dalam penyemaian awan awan adalah bahan semai. Penentuan jenis bahan semai akan sangat berpengaruh pada keberhasilan TMC. Khusus untuk penyemaian awan hangat (awan yang umumnya tumbuh di daerah tropis) maka bahan semai yang paling tepat adalah bahan semai jenis higroskopis. Bahan semai higroskopis akan mampu meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses tumbukan dan penggabungan butir-butir awan sehingga awan berkembang lebih aktif dan akan menghasilkan hujan yang lebih banyak. Bahan semai higorkopis yang digunakan biasanya garam-garaman. 

Persoalan utama dalam penentuan bahan semai higroskopis adalah ukuran butirnya. Banyak studi yang menunjukkan hubungan antara ukuran bahan semai dengan proses yang terjadi pada awan dan hujan. Menurut Yin et al. (2000), berdasarkan perhitungan numerik terhadap dampak peyemaian bahan higroskopis, bahan semai berukuran diameter kurang dari 2 μm selalu mengakibatkan berkurangnya curah hujan. Hasil riset numerik ini sejalan dengan hasil riset Givati and Rosenfeld (2004) yang mempublikasikan hasil risetnya tentang polusi di California dan Israel yang mereduksi curah hujan tahunan sebesar 15 – 25%. 

Lebih jauh, Rosenfeld et.al., 2010 melakukan riset menggunakan simulasi model tentang efektivitas bahan semai higroskopis yang diproduksi oleh bahan semai jenis suar (flare). Bahan semai jenis ini banyak diproduksi di Amerika dan banyak digunakan di berbagai belahan dunia termasuk (walaupun sangat jarang) di Indonesia. Hasil riset menunjukkan bahwa bahan semai dengan ukuran diameter kurang dari 0.5 mikron dapat mengurangi curah hujan. Sedangkan bahan semai dengan diameter lebih dari 5 mikron dapat menyebabkan terjadinya hujan yang lebih cepat yang memotong siklus konveksi. 

Dengan memperhatikan beberapa riset yang berkaitan dengan hubungan antara ukuran bahan semai higroskois dan efeknya pada proses awan dan hujan maka Rosenfeld et.al., 2010 juga menganalisis data distribusi ukuran partikel flare higroskopis di Afrika Selatan yang digunakan oleh Mather et.al., 1997. Nampak bahwa diameter partikel yang dihasilkan oleh bahan semai flare kebanyakan berada pad spektrum di bawah 1 mikron. Tentu ini justru berpotensi besar untuk mengurangi curah hujan bukan menambah curah hujan. Meskipun ada juga bagian yang berdiameter lebih besar dan mampu menambah curah hujan. Oleh karena itu Rosenfeld et.al., 2010 menyarankan agar digunakan bahan semai garam powder dengan ukuran diameter 2-5 mikron. Bahan semai dg spektrum ukuran seperti ini diyakini jauh lebih efektif dalam menambah curah hujan. 

DUMAKRON adalah bahan semai garam powder yang berukuran 2-5 mikron. Tentu saja ini adalah bahan semai yang paling efektif dalam menambah curah hujan sebagaimana hasil riset.

Referensi:  

1.     Givati A., and D. Rosenfeld, 2004: Quantifying Precipitation Suppression Due to Air Pollution, Journal of Applied Meteorology, American Meteorology Society. 

2.     Mather G. K., D. E. Terblanche, F. E. Steffens, and L. Fletcher, 1997: Results of the South African cloud-seeding experiments using hygroscopic flares. J. Appl. Meteor. 

3.     Rosenfeld D., D. Axisa, W. L. Woodley, and R. Lahav, 2010: A Quest for Effective Hygroscopic Cloud Seeding, Journal of Applied Meteorology and Climatology, American Meteorology Society. 

4.     Yin Y, S. Levin, T. Reisin, and S. Tzivion, 2000: Seeding Convective Clouds with Hygroscopic Flares: Numerical Simulations Using a Cloud Model with Detailed Microphysics. 

  

Scroll to Top